Melihat Pengaruh PJJ terhadap Psikologi Anak


Salah satu hal yang diangkat Kemendikbud terkait dampak pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah adanya tekanan psikologis pada anak. Itu bisa menekankan karena kurangnya interaksi dengan guru, teman dan lingkungan, dan bisa juga karena tekanan karena sulitnya pembelajaran jarak jauh itu sendiri.

Bagi anak yang beradaptasi dengan cepat atau mudah, PJJ mungkin tidak menjadi masalah. Namun, tidak demikian halnya dengan anak yang sulit atau tidak cepat beradaptasi. Alih-alih efektif, PJJ justru bisa mendatangkan tekanan. Apalagi saat menghadapi ujian.

Ya, tak bisa dipungkiri, ketidaksiapan menghadapi ujian bisa jadi pemicunya menekankan lain pada anak-anak. Tidak hanya membuat anak kurang termotivasi untuk belajar, ada juga yang melakukannya menekankan karena mereka memiliki target yang tinggi namun bingung untuk mencapainya karena tidak ada guru yang mendampingi secara fisik.

Lantas, bagaimana cara agar psikologi anak tetap stabil/terjaga saat PJJ atau pembelajaran jarak jauh? Termasuk juga menjaga kestabilannya sebelum ujian sekolah?

Tentu bukan perkara mudah. Karena bagaimanapun banyak sekali perbedaan yang harus dihadapi antara sebelum dan selama pandemi. Misalnya, sebelum pandemi, pembelajaran 100% dilakukan di sekolah. Dimana siswa memiliki atau membentuk pola belajar yang pada umumnya sama. Misalnya belajar berkelompok, belajar bersama teman sebaya, mandiri, atau bersama guru sebagai fasilitator yang dapat memantau belajar siswa secara optimal.

(Baca juga: Apa Jadinya Jika Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ Permanen?)

Pasca pandemi, pembelajaran dilakukan dari rumah, jarak jauh, sehingga rangkaian tata cara pembelajaran yang dilakukan pun berubah. Lebih mandiri. Kalaupun ada belajar kelompok, itu dilakukan secara virtual, jadi tentu saja ada perbedaannya. Peran guru dalam proses pembelajaran demikian sangat berkurang. Sebaliknya, orang tua mengambil alih.

Dari sinilah pengaruh psikologis terhadap anak mulai berdatangan. Bahkan pada tingkat tertentu membuat anak kurang termotivasi dalam kegiatan belajar.

Dampak Negatif PJJ

Demikian disampaikan Psikolog Intan Erlita, M.Psi dalam acara PODCAST Telset TV. Menurutnya, semua itu tidak terlepas dari posisi anak itu sendiri sebagai makhluk sosial. Dimana mereka perlu berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Dalam hal ini bukan hanya orang tua, tetapi juga teman seusianya, guru dan lingkungannya.

“Karena logikanya anak-anak, baik itu TK, SD, SMP, maupun SMA membutuhkan kontak atau sosialisasi tingkat tinggi. Dimana mereka belajar mengenal lingkungan, belajar mengenal cara berbicara dengan guru, orang yang lebih tua, dan bagaimana untuk beradaptasi dengan teman-teman seusia mereka. Pandemi ini telah membuat mereka kehilangan momen-momen yang dikatakan sebagai hubungan kemanusiaan mereka. Hubungan bagaimana dia beradaptasi. Nah ini menimbulkan menekankan terpisah,” kata Intan.

Kondisi ini diperparah dengan tuntutan belajar yang tinggi, tugas yang banyak namun sedikit waktu yang tersedia untuk mengerjakannya, dan tidak ada waktu untuk mengaktualisasikan diri.

Di level ini, kata Intan, banyak anak yang akhirnya merasa bosan dan lelah. Hal ini kemudian tidak hanya berdampak pada turunnya nilai, tetapi juga emosi yang tidak terkendali. Dimana anak mudah marah.

“Jadi mereka gampang marah, gampang seperti melawan orang tua. Sepertinya dia tidak nyaman dengan kondisinya. Nah, itulah yang terjadi pada anak-anak kita hari ini, ketika kita berbicara tentang efek negatif dari PJJ,” imbuhnya.

Ketika kita menghubungkan ini dengan ujian, tekanannya menjadi lebih tinggi. Di satu sisi, mereka masih harus beradaptasi. Di sisi lain, ada target yang mungkin masih harus direalisasikan. Bagi yang sudah siap, ujian bukan masalah. Namun tidak demikian bagi mereka yang belum siap. Mereka stres.

Disinilah peran orang tua dibutuhkan, tidak hanya sebagai pendukungyang mendukung anak dalam proses belajarnya, tetapi juga seseorang yang bisa diajak berdiskusi, menjadi pendengar yang baik, dan tentunya memberikan motivasi.

Hal yang tak jauh berbeda diungkapkan Maryam Mursadi, M.Pd, pemerhati dunia pendidikan sekaligus Ketua KELAS PINTAR. Meski disebutkan bahwa demotivasi pada anak, terutama menjelang ujian, sering terjadi. Namun hal ini bukan berarti tidak bisa diatasi apalagi dihindari.

(Baca juga: Kelas Cerdas Memperkenalkan Cara Baru untuk Mengakses SOAL)

Sederhananya, berbicara tentang ujian berarti berbicara tentang kesiapan, atau kesiapan. Jika anak sudah siap menghadapi ujian, dalam arti memahami materi yang akan diujikan, berlatih dengan baik, dan rutin, maka rasa takut gagal dapat dihindari. Sebaliknya, bagi anak yang belum siap, menghadapi ujian bisa mendatangkan kegelisahan, dan akhirnya menekankan.

“Nah, demotivasi itu muncul karena siswa belum siap menghadapi ujian, atau mereka tahu belum paham atau belum siap menghadapi ujian, tapi tidak tahu cara menghadapinya atau mencari jalan keluarnya,” ujar Maryam. “Inilah mengapa persiapan sejak awal sangat penting.”

Untuk mengatasi permasalahan yang timbul karena PJJ ini, KELAS PINTAR punya solusinya. Misalnya pada saat mengajarkan materi secara virtual, tidak semua siswa dapat memahaminya. Mungkin baru 40% yang paham, bisa jadi karena koneksi terputus atau sebab lain dan tidak bisa masuk virtual class lagi. Masalah teknis ini dapat terjadi.

Menurut Maryam, mahasiswa perlu memperpanjang waktu belajarnya. Misalnya, ketika ketinggalan atau tidak memahami materi pelajaran tertentu, dengan menggunakan fitur GURU dari KELAS PINTAR siswa bisa mendapatkan penjelasan secara menyeluruh.

Meski begitu, ketika siswa kurang memahami soal latihan yang diberikan oleh guru di sekolah, fitur Tanya dari KELAS PINTAR hadir untuk menjawab setiap soal yang diajukan.

“Berdasarkan data menjelang ujian, baik itu sebelum PTS (Penilaian Tengah Semester) maupun PAS (Penilaian Akhir Semester), keaktifan siswa di aplikasi CLASS SMART sangat meningkat. Misalnya di ASKING, begitu sesi selesai. dibuka, pertanyaan pun langsung berdatangan, baik pada sesi pagi dari jam 09.00 – 12.00 maupun sesi sore dari jam 18.00 – 21.00. Secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa materi yang belum mereka pahami, dan tidak mungkin semuanya dapat terjawab. dijawab oleh guru di sekolah,” kata Maryam.

Dengan demikian, pembelajaran selama PJJ tidak menjadi beban, atau tekanan psikologis pada anak, karena didukung dan difasilitasi, tidak hanya oleh orang tua, atau lingkungan, tetapi juga platform Kanan.

“Kami di Smart Class selalu berusaha mencari tahu kebutuhan dan keinginan siswa. Bahwa siswa memerlukan bahan ajar yang jelas dan lengkap, bervariasi dan relevan dengan kondisinya. Materi pembelajaran yang mereka inginkan juga harus mudah dipahami, praktis dan menyenangkan,” pungkas Maryam.

Dampak Positif PJJ

Terlepas dari sejumlah dampak negatif yang muncul akibat penerapan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ), di mana anak-anak dapat terpengaruh secara psikologis, Intan juga tidak menampik adanya dampak positif dari PJJ. Diakuinya, momen ini merupakan waktu yang tepat untuk melatih kemandirian anak.

Di sini, ia mengungkapkan tentang satu persepsi yang pasti dimiliki oleh orang tua saat ini: membantu tetapi tidak membantu secara harfiah.

“Biarkan anak-anak mengurus bukunya sendiri, mengerjakan PR sendiri, dan sebagainya. Jadi ini bukan saatnya kita bicara, ah aku tidak tahan. Karena kadang tidak tega membuat anak tidak menjadi pribadi yang mandiri,” ujar Intan.

Ditambahkannya, orang tua cukup terbantu dalam porsinya. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri, sebisa mungkin. “Yang penting ada usaha, karena ini akan mempengaruhi karakternya sebagai orang dewasa,” ujarnya.

Maryam setuju dengan hal yang sama. Menurutnya, sisi positif PJJ adalah mahasiswa berlatih menjadi pembelajar mandiri. Dimana karena keterbatasan interaksi dengan guru di sekolah, mau tidak mau mereka mencari tahu sendiri materi yang tidak mereka pahami dari sumber lain.

Namun tidak bisa dipungkiri, di era digital seperti saat ini banyak sekali konten-konten yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Jadi alangkah baiknya siswa mencari melalui platform yang sudah terbukti kredibilitasnya, seperti CLASS PINTAR.

Ikuti dan sukai kami:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *