Menemukan sesuatu yang ideal di tengah pandemi seperti saat ini mungkin tidak mudah. Dalam dunia pendidikan misalnya, sebagian dari kita mungkin bertanya, adakah sistem pembelajaran online yang ideal saat ini?
Nyatanya, meski tidak mudah. Tapi inilah yang diharapkan orang tua siswa. Jadi, meski sudah ada Surat Keputusan Bersama 4 Menteri yang diumumkan pada akhir November tahun lalu, yang membolehkan atau memberikan kewenangan penuh kepada pemerintah daerah untuk memutuskan boleh atau tidaknya pembelajaran tatap muka, orang tua tetap memiliki kewenangan penuh. hak untuk memutuskan. Apakah akan membiarkan anak-anak mereka datang ke sekolah, atau tidak.
Sayangnya, dengan tidak adanya pembelajaran tatap muka, banyak pihak yang mengkhawatirkan dampak negatifnya. Pemerintah sendiri melihat tiga kategori dampak negatif dari pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring.
Kategori pertama ada ancaman putus sekolah. Dimana anak-anak terpaksa bekerja membantu orang tuanya yang terkena dampak pandemi. Kemudian ada juga orang tua yang tidak melihat peran guru jika tidak ada pembelajaran tatap muka.
Kategori kedua merupakan penghambat tumbuh kembang anak. Mulai dari ketidaksesuaian hasil belajar anak, pertumbuhan yang kurang optimal terutama di usia emas seperti pendidikan anak usia dini, hingga ketakutan akan risiko. kerugian belajar.
Pada kategori ketiga, pembelajaran jarak jauh ini berdampak pada tekanan psikososial dan kekerasan dalam rumah tangga. Terjadinya anak menekankan karena mereka tidak bisa berinteraksi dengan guru, teman dan lingkungan. Kemudian, tanpa adanya sekolah, banyak anak yang terjebak dalam KDRT yang tidak diketahui oleh para guru.
Dampak Positif PJJ
Meski banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari PJJ, Rifal Rinaldi guru SMA YWKA Bandung mengatakan, secara keseluruhan berdasarkan visinya tidak ada penurunan prestasi akademik yang signifikan. Nilai siswa tidak merosot. Ini dibandingkan dengan sebelum pandemi.
(Baca juga: Kelas Pintar Dukung Pembelajaran Daring Siswa di Kota Bogor)
“Tidak ada penurunan nilai yang signifikan. Ini membuktikan bahwa mahasiswa benar-benar bisa beradaptasi dengan kondisi PJJ tersebut,” ujarnya.
Meski begitu, diakuinya ada dampak lain yang muncul dengan adanya PJJ ini. Dan ini bukan terkait nilai, tapi karakter siswa. Rifal mengakui ada penurunan menghormati atau rasa hormat siswa terhadap gurunya karena kuantitas pertemuan yang sangat minim.
Meilin, orang tua siswa SMP di Jakarta Timur, melihat dan merasakan hal yang sama. Menurutnya, sekolah dalam proses pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring sangat ideal untuk dapat memotivasi siswa agar tidak malas belajar dan tidak membosankan.
“Begitu ya, anak saya yang PJJ makin malas, bahkan ibunya yang rajin, makin pintar. Kalaupun ada kelas virtual, anak tidak sepenuhnya fokus mengikuti pelajaran. Kadang sibuk dengan smartphone-jadi mereka tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan,” kata Meilin.
Ditambah lagi, seringkali putrinya malas mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hingga ia sering mendapat teguran dari wali kelas karena putrinya belum menyerahkan tugas. “Setelah mendapat teguran, anak saya mengerjakan tugasnya. Kadang ada 4-5 tugas yang menumpuk,” kata Meilin dalam Telset Podcast yang digelar Selasa, 26 Januari 2021.
Meilin berharap pembelajaran daring yang ideal selama PJJ ini, guru dapat memberikan materi pelajaran dengan lebih interaktif dan tidak membosankan sehingga siswa dapat lebih semangat dan fokus saat belajar.
Rifal mengatakan hal yang sama. Sebagai seorang guru, ia mengaku telah berusaha semaksimal mungkin agar siswa memperhatikan materi yang diajarkan. Namun, masih sulit untuk dapat mendisiplinkan siswa saat melakukan pembelajaran virtual. “Yang bisa kami lakukan adalah berusaha berkoordinasi dengan orang tua untuk bisa memberikan pendampingan belajar dari jam 7 sampai jam 11.”
Pembelajaran Online Kelas Cerdas
Untuk mengatasi permasalahan yang muncul akibat PJJ ini, KELAS PINTAR punya solusinya, yaitu bisa menjadi pembelajaran online yang ideal. Misalnya pada saat mengajarkan materi secara virtual, tidak semua siswa dapat memahaminya. Mungkin baru 30% yang paham, bisa karena koneksi terputus atau sebab lain dan tidak bisa masuk kelas virtual lagi. Masalah teknis ini dapat terjadi.
(Baca juga: Jadi Andalan Di Masa Covid-19, Kelas Pintar Raih Platform Edukasi Terbaik)
Lalu bagaimana dengan yang 70%? Menurut Maryam, guru bisa mengarahkan siswa untuk mempelajari materi di SMART CLASS sesuai dengan mata pelajaran dan kelas. Entah itu dalam bentuk ebook, animasi atau video berisi materi pelajaran yang diberikan oleh guru dari KELAS PINTAR.
Dengan demikian, siswa dapat mencapai pemahamannya secara utuh dengan belajar secara mandiri melalui materi yang terdapat dalam KELAS PINTAR. “Ini adalah apa yang kita sebut Perancah. Di mana anak belajar tidak hanya dari satu sumber, hanya dari guru, tapi juga dari teman, orang tua dan sumber lainnya,” ujarnya.
Guru juga dapat membuat kelompok, sehingga siswa dapat belajar secara berkelompok. Hal ini juga akan meningkatkan prestasi dalam memahami materi pelajaran.
Sedangkan untuk pengembangan karakter siswa, menurut Maryam, dengan adanya Penghargaan dan hukuman dapat membantu masalah ini.
“Guru harus cukup tegas untuk menegakkannya. Metode ini juga dapat memotivasi siswa untuk dapat belajar secara mandiri. Walaupun character building ini tidak bisa langsung dibentuk, tapi bisa membentuk karakter siswa ke depan,” imbuhnya.
Pada SMART CLASS sendiri, pembentukan karakter ini berupa soal-soal latihan atau tes. Terutama pada soal-soal yang termasuk dalam kategori HOTS atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jadi bukan hanya soal karangan atau pilihan ganda saja. Tetapi juga studi kasus yang dapat guru sampaikan dalam penugasan kepada siswa dan dikerjakan secara berkelompok.
Selain itu, CLASS PINTAR juga memiliki layanan TANYA. Dimana layanan ini akan membantu siswa ketika mendapatkan soal yang sulit. Guru ahli dari SMART CLASS akan membantu. Nah, ketika PJJ SMART CLASS ini menambah jam operasional layanan TANYA yang dulunya hanya malam hari, kini ditambah pagi hari. Harapannya, ketika siswa diberikan tugas oleh gurunya dan mengalami kesulitan dalam mengerjakannya, mereka dapat bertanya kepada guru dari KELAS PINTAR.